Langsung ke konten utama

Tinjauan umum tentang kamus

Kamus merupakan alat yang sangat penting dalam memahami dan manggunakan bahasa kedua. Penggunaan kamus mungkin hanya minimal pada saat berbicara, namun penting pada saat membaca dan menulis (Cook, 2001: 68). Kamus berfungsi meningkatkan pengetahuan akan kosakata, yang memainkan peran penting dalam pembelajaran bahasa. Wilkins (1972: 111) berpendapat tanpa tata bahasa, hanya sedikit yang bisa tersampaikan, namun tanpa kosakata, tidak ada yang bisa disampaikan. Pentingnya mempelajari kosakata juga didukung oleh Rivers (1983:125) yang menyatakan bahwa penyerapan kosakata berperan penting dalam penggunaan bahasa asing. Struktur yang telah dipelajari hanya dapat disampaikan melalui komunikasi yang efektif jika ditunjang dengan pilihan kata yang tepat.

Nation (2001:11-12) membagi kosakata menjadi empat kelompok, yaitu: kosakata berfrekuensi tinggi, kosakata akademik, kosakata teknis, dan kosakata berfrekuensi rendah. Kosakata berfrekuensi tinggi adalah kata-kata yang banyak digunakan dalam teks umum. Kosakata ini umumnya mencakup 80% dari katakata dalam teks umum dan surat kabar. Contoh dari kosakata berfrekuensi tinggi adalah daftar 2000 kosakata utama dari Michael West (1953). Selanjutnya, kosakata akademik adalah kosakata yang banyak ditemui dalam bidang akademis dan tidak bersifat teknis (tidak berhubungan dengan satu bidang ilmu saja).

Contoh kosakata akademis adalah hasis penelitian dari Coxhead (2000) yang menyusun kosakata yang ditemukan pada buku teks yang digunakan di semua fakultas di Victoria University of Wellington. Jenis kosakata yang ketiga adalah kosakata teknis. Kosakata ini sebagian besar digunakan oleh para profesional yang menggeluti bidang ilmu tertentu. Yang terakhir, kosakata berfrekuensi rendah adalah kosakata yang memuat semua kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa Inggris.

Saat ini sudah cukup banyak penelitian yang berkaitan dengan kosakata berfrekuensi tinggi dan kosakata akademik, tetapi hanya sedikit penelitian yang berkaitan dengan kosakata teknis (Chung & Nation, 2003:114). Hal ini disebabkan karena para pengajar bahasa Inggris pada umumnya tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai area teknis tertentu. Kosakata teknis berhubungan dengan bidang ilmu tertentu sehingga kosakata yang dibutuhkan bersifat khusus
pula. Hal tersebut menyulitkan para pengajar bahasa Inggris untuk memahami istilah dari bidang ilmu tertentu, misalnya istilah bonds dalam bidang akuntansi bukan berarti ‘ikatan’ melainkan ‘obligasi’.

Kosakata teknis memiliki peran penting bagi mahasiswa dan profesional di bidang ilmu tertentu. Oleh sebab itu, meskipun terdapat kesulitan dalam mengetahui definisi dan terjemahan dari suatu istilah, pengajar bahasa Inggris atau ahli di bidang bahasa, khususnya ahli leksikografi, harusnya menemukan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan tersebut. Saat ini, perkembangan informasi dan teknologi yang sangat pesat, khususnya Internet, telah memungkinkan pengajar bahasa Inggris untuk mengatasi kesulitan tersebut. Pengajar bahasa Inggris bisa memanfaatkan Internet atau peranti lunak yang sesuai untuk memperoleh kosakata teknis yang mereka perlukan dalam pengajaran bahasa.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memudahkan pemahaman kosakata khusus adalah dengan membuat kamus yang berisi istilah khusus atau terminologi tersebut. Hingga saat ini, kamus terminologi masih berbasis pengetahuan umum dari penulisnya atau dari pengalaman para penulisnya di bidang tersebut. Akibatnya, kata-kata yang dimasukkan dalam lema kamus tersebut tidak mencakup kosakata teknis yang penting untuk diketahui, atau mencakup terlalu banyak kosakata yang tidak terlalu penting untuk diketahui.

Penentuan kosakata yang perlu dimasukkan dalam kamus seharusnya berdasarkan korpus. Akan tetapi, di Indonesia, penyusunan kamus dengan berbasis korpus masih sangat jarang, atau mungkin bahkan belum ada. Padahal, di negara-negara lain, kamus berbasis korpus telah berkembang pesat. Crystal (1995/2003: 446) bahkan menyebutkan bahwa era ini menghasilkan ledakan (explosion) berbagai jenis kamus berkat telah terjadinya perkembangan yang sangat pesat dalam studi leksikon dengan kompilasi basis data leksikal. 

Untuk tujuan di bidang ilmu tertentu, kosakata yang dimasukkan dalam korpus juga harusnya disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga hanya kosakata penting atau teknis saja yang dipilih menjadi lema dari kamus khusus atau terminografi tersebut.

Berdasarkan bahasa pendefinisiannya, kamus dapat dibedakan menjadi kamus monolingual atau bilingual. Kamus monolingual adalah kamus yang hanya menggunakan satu bahasa untuk lema dan definisinya. Contohnya Oxford Advanced Learner’s Dictionary yang memuat lema dalam bahasa Inggris, demikian juga definisinya. Di lain pihak, kamus bilingual adalah kamus yang memuat tema dalam satu bahasa dan definisinya dalam bahasa lain. Contohnya kamus Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Shadily dan Echols. Kamus ini memuat lema dalam bahasa Inggris dan ekuivalennya dalam Bahasa Indonesia.

Kamus monolingual telah cukup banyak yang tersedia dalam bentuk elektronik atau peranti lunak yang bisa diakses dengan menggunakan komputer dan telepon selular. Di sisi lain, kamus bilingual Inggris-Indonesia yang bisa diakses dengan komputer hanya dua atau tiga versi saja. Versi yang paling umum digunakan adalah Linguist Version 1.0 yang dipublikasikan sejak tahun 1997 dan InDict Version 2.0 yang muncul sejak tahun 2004. Kedua kamus tersebut hanya berisi kosakata umum, bukan terminologi.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa