Langsung ke konten utama

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding.

Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional

Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah ide bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Zona perkembangan terdekat siswa adalah tingkat perkembangan berpikir siswa sedikit berada di atas tingkat perkembangan berpikir siswa saat itu sehingga apabila siswa diberi sedikit bimbingan maka siswa akan mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi tersebut.

Prinsip ketiga teori Vygotsky adalah cognitive apprenticeship  yaitu proses dimana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap untuk memperoleh pakar dalam interaksinya dengan  orang dewasa atau teman sebaya yang lebih tinggi pengatahuannya.

Prinsip keempat scaffolding adalah memberikan kepada siswa sejumlah bantuan besar bantuan pada tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberi kesempatan kepada siswa itu untuk mengambil tanggungjawab yang semakin besar  setelah ia mampu melakukan tugas tersebut.

Implikasi teori Vygotsky terhadap pembelajaran kooperatif yaitu :
  1. Dengan mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen, hal ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain yang lebih menguasai dalam memecahkan dan menangani tugas-tugas. Pada saat siswa bekerja menyelesaikan tugas dalam kelompoknya, mereka saling mendiskusikan dan dapat saling memunculkan strategi-strategi dengan teman-temannya. Hal ini terkait dengan hakekat sosio-kultural
  2. Dengan diberikannya konsep, tugas atau soal yang sulit tetapi masih dalam tingkat sedikit di atas tingkat perkembangan siswa pada saat itu (zone of proximal development), maka untuk dapat menyelesaikan tugas akan dibantu oleh temannya yang lebih pandai sehingga siswa yang mengalami kesulitan tersebut dapat menemukan konsep maupun menyelesaikan tugas-tugasnya (pemagangan kognitif).
  3. Dalam menangani kesulitan tugas yang membutuhkan pemikiran sedikit di atas kemampuan berpikir mereka tersebut itu (zone of proximal development), dengan bantuan teman yang lebih pandai atau bantuan guru, maka siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan benar. Bantuan teman atau peranan guru tersebut dalam memfasilitasi sejumlah bantuan pada saat mengerjakan tugas dikelompoknya dan semakin berkurang hingga kesempatan berikutnya siswa dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah atau tugas, dalam teori Vygotsky dinamakan scaffolding.


Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutu...

8 Dimensi kualitas pelayanan

Ada 8 (delapan) dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin (dalam Lovelock; Peppard dan Rowland, 1995) seperti dikutip Fandy Tjiptono (1996 : 68) dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis. Dimensi-dimensi tersebut adalah : Kinerja (performance), karakteristik pokok dari produk inti. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standard-standard yang telah ditetapkan sebelumnya. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah diperbaiki, penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika (aesthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. Kualitas yang dipersepsikan (perceive...