Langsung ke konten utama

Teori belajar sosial

Teori belajar yang paling banyak sumbangannya pada model pembelajaran langsung adalah teori belajar social, yang juga disebut belajar melalui observasi, atau yang dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku.

Teori belajar sosial menggunakan penjelasan-penjelasan reinforsemen eksternal dan penjelasan-penjelasan kogninitif internal untuk memahami bagaimana kita (siswa) belajar dari orang lain.

Bandura  (dalam Dahar, 1988:33) menyatakan bahwa dalam pandangan belajar sosial, manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan-determinan lingkungan. Bandura sangat mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman vicarious (belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain). Menurut Bandura pula, fase belajar dari model ini, ada empat yaitu :

(1). Fase perhatian (attentional phase),
Fase ini dilakukan dengan berbagai cara oleh guru dengan maksud untuk menarik perhatian siswa. Fase ini sesuai dengan pembelajaran langsung dengan metode kumon langkah pertama yaitu penyampaian tujuan pembelajaran diantaranya juga memotivasi siswa, membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap matematika. 

(2). Fase mengingat (retention phase),
Pada fase ini peranan yang sangat penting adalah kata-kata, nama-nama atau bayangan yang kuat yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari dan mengingatkan prilaku. Tahap ini sesuai dengan pembelajaran langsung dengan metode kumon tahap kedua yaitu mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara singkat dan menarik, langkah ketiga yaitu pemberian latihan terbimbing, dan langkah ke empat yaitu mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik dengan buku peneyelesaian yang sangat membantu dalam mempelajari dan mengingatkan prilaku.

(3). Fase reproduksi  (reproduction phase),
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih ketrampilan baru dan memberikan umpan balik sesegera mungkin, positif dan korektif. Tahap ini sesuai dengan pembelajaran langsung dengan metode kumon langkah keempat yaitu mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik dan langkah yang kelima yaitu pemberian perluasan latihan.

(4). Fase motivasi (motivational phase).
Fase ini adalah fase terakhir dalam proses belajar, para siswa akan menirukan suatu model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian mereka meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh umpan balik. Fase ini sesuai dengan pembelajaran langsung dengan metode kumon langkah keempat dan kelima.


Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa