Langsung ke konten utama

Tujuan asuhan keperawatan pada ibu postpartum

Menurut Bobak et.al. (2004) tujuan asuhan keperawatan pada ibu postpartum meliputi:

  1. Pengkajian lengkap terhadap perubahan fisik dan psikososial ibu.
  2. Mendeteksi tanda dan gejala komplikasi fisik dan psikososial selama masa postpartum.
  3. Memberikan diagnosis keperawatan untuk fisik dan psikososial.
  4. Merumuskan intervensi keperawatan untuk mencegah infeksi dan perdarahan.
  5. Merumuskan intervensi keperawatan untuk mendukung pola perkemihan dan defekasi yang tepat, perawatan payudara, dan kesehatan ibu dan anak.
  6. Merumuskan intervensi keperawatan untuk mendukung kemampuan mengasuh bayi.
  7. Menjelaskan berbagai macam cara keluarga berencana.
  8. Mendiskusikan tanggung jawab perawat pada masa postpartum dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai persiapan perawatan di rumah.


Tujuan dari pelayanan keperawatan pada awal masa postpartum adalah membantu ibu selama masa transisi dalam mengasuh. Biasanya ibu menjalani rawat inap selama 1 sampai 2 hari setelah melahirkan. Karena banyak informasi yang yang harus dibagikan dengan ibu dalam jangka waktu yang singkat, penting bagi ibu untuk mengatur waktu yang tersedia. 

Perawat menyediakan perawatan yang berfokus pada kesehatan fisik dan psikologi serta kemampuan ibu dan bayi. Untuk menyediakan kualitas keperawtan yang baik, perawat harus memiliki pengetahuan tentang perubahan fisik yang terjadi pada ibu, psikososial dan perubahan emosi pada keluarga (Bobak et. al , 2004).

Postingan populer dari blog ini

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adal...

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutu...

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa...