Langsung ke konten utama

Tinjauan Umum Tentang Panti Asuhan

Panti asuhan adalah merupakan tempat penyantunan anak terlantar. Yang dimaksud anak terlantar adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun, belum pernah kawin dan dalam keadaan terlantar  yang terdiri dari : 

  1. Anak yang tidak mempunyai salah satu atau kedua orang tua kandung dan terlantar (yatim, piatu dan yatim piatu terlantar)
  2. Anak yang tidak diakui oleh salah satu atau kedua orang tua kandungnya dan terlantar
  3. Anak yang tidak mampu yaitu anak yang karena sesuatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial secara wajar, termasuk dalam pengertian ini adalah anak putus sekolah yang terlantar.

Panti asuhan sebagai unsur pengganti keluarga tersebut di atas memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan anak asuh :

  1. Mengalami pertumbuhan fisik secara wajar
  2. Memperoleh kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan daya pikir sehingga dengan demikian dapat mencapai tingkat kedewasaan yang matang.
  3. Melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

Panti Asuhan umumnya dikelola organisasi sosial atau badan-badan maupun yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, dan dikoordinasi oleh Departemen Sosial.

Pola pembinaan pada panti asuhan merupakan suatu keluarga besar, mempunyai bapak asuh atau ibu asuh yang menetapkan sebagai satu keluarga. Pada umumnya anak asuh  berasal dari daerah-daerah pedesaan sehingga masih sering terlihat kebiasaan-kebiasaan anak asuh dengan higiene yang kurang, apalagi bila ditambah dengan keadaan panti asuhan yang belum mempunyai fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga tercipta sanitasi lingkungan yang     sehat 

Postingan populer dari blog ini

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adal...

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutu...

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa...