Pembelajaran matematika secara konvensional adalah proses pembelajaran matematika yang umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah (sering disebut pembelajaran tradisional), yaitu pembelajaran yang dimulai dengan pemaparan materi (fakta, sifat, aturan, definisi, konsep atau teorema) selanjutnya diberikan contoh soal dan terakhir evaluasi melalui soal latihan. Masalah kehidupan sehari-hari kadang digunakan pada materi tertentu tetapi hanya muncul di bagian akhir pembahasan atau pada saat pemberian contoh.
Pembelajaran matematika konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran masih berpusat kepada guru. Dengan demikian guru masih mendominasi proses mengajar belajar di kelas dengan kata lain siswa cenderung pasif. Kebanyakan siswa hanya mendengar dan menulis dengan tekun, hanya sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Pertanyaan itupun terbatas pada penjelasan guru yang kurang dimengerti siswa.
Perbedaan antara pembelajaran matematika konvensional dengan pembelajaran matematika realistik:
1. Pembelajaran Matematika Konvensional
- Pembelajaran dimulai dengan teori kemudian diberikan contoh soal yang dilanjutkan dengan soal latihan. Masalah kehidupan sehari-hari terkadang digunakan pada topik tertentu, tetapi muncul di bagian akhir pembahasan suatu topik atau sewaktu pemberian contoh.
- Siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan bentuk formal yang sudah dikenalkan sebelumnya (umumnya prosedur/ konsep diberikan oleh guru).
- Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, untuk memperoleh pengetahuan siswa cenderung hanya menunggu pemberian guru.
- Guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran.
- Hampir tidak ada interaksi antar siswa.
- Materi pembelajaran cenderung bersifat hafalan
2. Pembelajaran Matematika Realistik
- Ditinjau dari karakteristik PMR, pembelajaran menggunakan masalah kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelumnya dan pengetahuan awal yang dimilikinya.
- Pada strategi membangun dan pembentukan konsep, sebelum menuju pada strategi formal, sangat memungkinkan siswa menyelesai-kan masalah dengan menggunakan informal, atau dengan menggunakan bentuk formal yang dipahami mereka (prosedur/konsep dibangun sendiri oleh siswa).
- Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sangat aktif karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa.
- Kontribusi siswa sangat diperlukan, sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
- Interaksi antar siswa sangat dibutuhkan karena untuk mendiskusikan konsep yang mereka bangun.
- Materi pembelajaran bersifat pemahaman.