Langsung ke konten utama

Pembelajaran dengan menggunakan metode kumon

Metode kumon pertama kali dikembangkan oleh Toru Kumon, seorang bangsa Jepang dan seorang guru matematika di Jepang pada tahun 1954. Ia pertama kali menyusun sendiri bahan pelajaran matematika untuk membimbing anaknya belajar matematika. Ia kemudian merancang suatu metode agar anaknya dapat belajar secara efektif, sistematis serta memiliki dasar-dasar matematika yang kuat. Setelah terbukti dengan keberhasilan yang dicapai anaknya maka Ia menyebarkan metode tersebut ke seluruh Jepang sehingga metode tersebut dikenal dengan metode kumon

Prinsip dasar metode kumon yang telah disebarluaskan ke Indonesia pada Oktober 1993 ini adalah pengakuan tentang potensi dan kemampuan individual setiap siswa, sesuai dengan misi metode  kumon adalah dengan menggali potensi yang ada pada setiap individu dan dengan mengembangkan kemampuan tersebut secara maksimal, kami berusaha agar dapat membentuk manusia yang sehat dan berbakat yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat (kumon 2004:i)

Pada kursus kumon, siswa belajar dengan membaca petunjuk dan contoh soal pada lembar kerja, berfikir sandiri, lalu mengerjakan soal dengan kemampuan sendiri dan bila mengalami kesulitan untuk level F keatas bisa melihat buku penyelesaian yang diletakkan di depan kelas atau bertanya kepada guru bila masih belum paham. System belajar, bahan ajar, dan pembimbing kumon dibuat sedemikian rupa agar siswa dapat belajar secara mandiri. Pelajaran yang diberikan di kursus kumon, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa, bukan bardasarkan tingkatan kelas atau usia siswa. Agar siswa dapat mengerjakan pelajaranya dengan lancar dan mandiri, mereka perlu diberikan pelajaran yang tepat. Dengan system belajar ini, kemampuan setiap siswa dapat berkembang secara maksimal.

Rangkaian soal-soal pada lembar kerja kumon tersusun secara small steps, sehingga dapat leluasa disesuaikan dengan kemampuan belajar dan kemampuan siswa. Soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa agar dapat membentuk kemampuan dasar yang mantap dan memungkinkan siswa mengerjakan level yang lebih tinggi dari tingkatan kelasnya dengan kemampuannya sendiri. Pembimbing selalu memperhatikan dan mengamati satu persatu siswa dengan baik, lalu memberikan lembar kerja dan pendekatan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan setiap individu siswa.

Sebelum  siswa belajar di kursus kumon, mula-mula orang tua siswa menerima penjelasan dari pembimbing agar dapat memahami dengan baik system belajar di kumon. Bersamaan dengan hal tersebut, siswa diberi tes penempatan untuk mengetahui kemampiannya saat itu dan untuk menentukan level pelajaran yang tepat. Dari hasil tes tersebut pembimbing akan menyusun program belajar yang tepat sesuai kemampuan setiap siswa.

Siswa yang belajar di kelas kursus kumon belajar dalam seminggu dua kali. Siswa bebas datang jam berapa saja diantara jam buka kelas yang ditentukan. Di kelas, pembimbing akan mengamati apakah setiap siswa balajar pada tingkatan yang tepat dan memberikan petunjuk sesuai kemampuan masing-masing siswa. Di luar hari kelas, siswa akan mendapatkan lembar kerja untuk dikerjakan dirumah. Belajar sedikit demi sedikit, setiap hari secara rutin akan membentuk kemampuan yang baik. Pada kursus kumon, siswa memulai pelajarannya dari bagian yang dapat dikerjakannya dengan lancar untuk membentuk kemampuan dasar yang mantap. Siswa dapat maju ke pelajaran yang levelnya lebih tinggi dengan kemampunnya sendiri, setelah menyelasaikan level itu dengan benar.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutu...

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adal...

8 Dimensi kualitas pelayanan

Ada 8 (delapan) dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin (dalam Lovelock; Peppard dan Rowland, 1995) seperti dikutip Fandy Tjiptono (1996 : 68) dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis. Dimensi-dimensi tersebut adalah : Kinerja (performance), karakteristik pokok dari produk inti. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standard-standard yang telah ditetapkan sebelumnya. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah diperbaiki, penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika (aesthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. Kualitas yang dipersepsikan (perceive...