Langsung ke konten utama

Faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan siswa

Pendekatan belajar, strategi belajar, kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan siswa. Seorang siswa memiliki kemampuan ranahcipta (kognitif) yang lebih tinggi dari teman-temannya ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan apa yang dicapai oleh teman-temannya, bahkan bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa yang cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestatsi ke yang lebih rendah dari pada prestasi yang dicapai oleh temannya yang berkapasitas rata-rata (Muhibbin Syah).

Jika dilihat dari aspek kualitas maupun kuantitas penyelengaraan pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedua masalah tersebut sulit ditangani secara simultan sebab dalam upaya meningkatkan kualitas, masalah kuantitas terabaikan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila masalah pendidikan tidak pernah tuntas dimanapun, termasuk di negara yang maju sekalipun.

Sungguhpun demikian pemerintah, dalam hal ini Depdiknas telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi segala masalah pendidikan. Upaya tersebut hampir mencakup semua komponen pendidikan. Misalnya pembaharuan kurikulum, pembaharuan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran, pengadaan dan penyempurnaan sarana dan prasarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan, dan berbagai usaha yang mengarah pada pencapaian hasil pengajaran/pendidikan secara maksimal.

Mengingat pendidikan selalu berkenan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada manusianya (Nana Sudjana, 1989). Unsur manusia yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru dan pesrta didik. Dalam hal ini guru dituntut bagaimana ia menjadi tenaga pengajar dan pendidik yang profesional. Di lain pihak peserta didik harus sadar bahwa pendidikan sangat menentukan kemajuan peradaban manusia.

Mewujudkan proses kegiatan pendidikan dan pengajaran, maka unsur yang terpenting antara lain adalah; bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa dalam pencapaian hasil belajar secara optimal. Mengajar dapat merangsang dan membimbing dengan berbagai pendekatan, dimana setiap pendekatan dapat mengarah pada pencapai tuain belajar yang berbeda. Tetapi apapun subyeknya mengajar pada hakekatnya adalah menolong siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan sikap serta ide dan apresiasi yang mengarah pada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.

Berdasar dari uraian-uraian tersebut di atas, tampaknya masalah pendidikan yang banyak diragukan orang bisa diselesaikan dengan baik. Hal mana semua unsur yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal diperhatikan. Hanya saja kenyataan menunjukan, bahwa setiap kali evaluasi pengajaran dilakukan seringkali hasilnya tidak memuaskan. Tentu saja banyak faktor yang berpengaruh, di antaranya adalah minat belajar siswa terhadap pelajaran yang dimaksud, pantas untuk dipertanyakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dkk, (1998) bahwa bilamana tidak ada minat seseorang terhadap suatu pelajaran, akan timbul kesulitan dalam belajarnya.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa