Langsung ke konten utama

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh.

Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Hingga saat ini perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin tinggi dan maju. Kemajuan suatu bangasa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang ingin maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah menetapkan ilmu pengetahuan dan teknologi pembangunan di bidang pendidikan yang menitikberatkan pada bidang penguasaan IPTEK sebagaimana yang tercantum dalam GBHN (1998) yakni:  “Titik berat pembangunan pendidikan di Indonesia diletakkan pada mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan belajar pada jenjang pendidikan menengah pertama dalam rangka perluasan persiapan wajib belajar pada pendidikan menengah pertama, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah tercermin dari prestasi belajar yang dicapai atau nilai yang diperoleh pada setiap mata pelajaran yang disajikan pada lembaga pendidikan tersebut termasuk dalam mata pelajaran matematika.

Beberapa hasil penelitian di Indonesia yang telah memberikan gambaran rendahnya hasil matematika siswa diungkapkan Djojonegoro (1994) bahwa: “Pencapaian Nilai Ebtanas Murni siswa SLTP dan SLTA dalam bidang studi IPA san matematika hampir selalu terendah bila dibandingkan dengan bidang studi yang lain;. Hal ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan bagi semua pihak, dan rendahnya hasil belajar matematika tersebut diasumsikan karena ada hambatan yang dialami siswa.

Hambatan yang dimaksud tersebut dapat berupa faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar diri siswa), di antaranya: fasilitas belajar, partisipasi orang tua, kebiasaan belajar, aktivitas belajar, motivasi berprestasi, sikap terhadap sekolah serta kemampuan dasar lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, faktor partisipasi orang tua merupakan faktor yang cukup penting dibandingkan dengan beberapa faktor lainnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bedjo (1996) bahwa: “Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan dan prestasi belajar siswa di antaranya adalah siswa sebagai individu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Suryabrata (1988) bahwa: “Faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa meliputi kondisi psikologis dan fisiologis, sedangkan faktor dari laut meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat serta kelengkapan berbagai sarana dan prasarana dalam belajar. Selanjutnya dikemukakan pula oleh Bejdo (1999) bahwa keberadaan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar siswa terdapat hubungan yang saling terkait. Bakat yang ada dalam diri siswa misalnya agar dapat berkembang baik, maka perlu ada dorongan dari keluarga dan masyarakat. Sebaliknya, lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat perkembangan siswa itu sendiri.

Dari uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor partisipasi orang tua merupakan faktor yang memegang peranan yang sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari adanya bahwa partisipasi orang tua berperan dalam pembentukan sikap siswa dan prestasi yang cukup dan berkualitas serta sikap yang demokratis dan bijaksana dari orang tua siswa dapat meningkatkan keinginan untuk lebih giat belajar supaya dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Setiap orang memberikan partisipasi dalam kegiatan belajar anak-anaknya dengan cara yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena latar belakang keluarga yang berbeda pula. Latar belakang yang dimaksudkan di sini adalah pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi orang tua, wawasan orang tua, dan komunikasi antara orang tua dengan anaknya. Dan beberapa latar belakang tersebut, pertama pendidikan orang tua merupakan faktor yang biasanya dapat mempengaruhi partisipasi mereka terhadap anaknya, sehingga secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pula terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutu...

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adal...

8 Dimensi kualitas pelayanan

Ada 8 (delapan) dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin (dalam Lovelock; Peppard dan Rowland, 1995) seperti dikutip Fandy Tjiptono (1996 : 68) dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis. Dimensi-dimensi tersebut adalah : Kinerja (performance), karakteristik pokok dari produk inti. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standard-standard yang telah ditetapkan sebelumnya. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah diperbaiki, penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika (aesthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. Kualitas yang dipersepsikan (perceive...