Langsung ke konten utama

Sejarah Perkembangan Perkamusan

Kamus adalah daftar bentuk-bentuk linguistik yang tersosialisasi dan tersusun secara sistematis, yang dikompilasi dari kebiasaan-wicara dari guyub tutur tertentu dan dikomentari oleh pengarang dengan cara tertentu agar pembaca yang sesuai dapat memahami maknanya (Zgusta 1971:17). Kriteria formal dari kamus mewajibkan adanya daftar entri dan informasi mengenai entri tersebut. Kamus pertama kali ditulis oleh Robert Cawdrey pada tahun 1604. Kamus tersebut berjudul A Table Alphabetical yang memuat sekitar 2.500 kata-kata sulit yang diadopsi oleh bahasa Inggris dari bahasa asing seperti bahasa Yahudi, Yunani, Latin, Perancis, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kamus tersebut belum menggunakan kata kamus. Kata dictionary ‘kamus’ untuk kali pertama digunakan sebagai judul dalam English Dictionarie oleh Henry Cockeram pada tahun 1923.

Salah satu kamus satu bahasa (monolingual dictionary) yang pertama di Inggris adalah New World of English Words (1658) yang disusun oleh Edward Phillips. Beberapa tahun setelah itu, John Kersey menyusun kamus yang hampir lengkap yaitu A New English Dictionary (1702). Kamus ini memuat sekitar 28.000 kata dan berisi informasi mengenai kosakata umum. Perkembangan kamus pada saat itu dilengkapi oleh Nathaniel Bailey yang menyusun Universal Etymological English Dictionary (1721), yang berisi 40.000 kata. Kamus ini memuat kosakata umum sehari-hari, kata khusus, dan banyak etimologi.

Pada pertengahan abad ke-18, banyak intektual Inggris berpendapat bahwa bahasa Inggris telah berkembang secara sempurna sehingga perlu dikembangkan lebih jauh lagi. Samuel Johnson menggenapi pendapat itu dengan membuat Dictionary of the English Language (1755). Berkat penulisan kamus tersebut, Samuel Johnson diberi anugrah gelar LLD (doctor of laws) dari Trinity University. Kamus ini terdiri dua volume dan memuat sekitar 40.000 kosakata. Di benua Amerika, Noah Webster mengikuti jejak Johnson dengan menyusun kamus dua volume yang diberi judul An American Dictionary of the English Language (1828). Kamus memperluas isi dari kamus yang ditulis oleh Johnson sehingga memuat lebih banyak kosakata yakni sekitar 70.000 kata. . Setelah Noah Webster meninggal pada tahun 1843, hak cipta kamus ini dibeli oleh George dan Charles Merriam. Oleh sebab itu, edisi selanjutnya muncul dengan nama Merriam- Webster.

Pada tahun 1857, Philological Society of Great Britain menemukan berbagai ketidaksesuaian dalam kamus yang tersedia saat itu. Mereka juga merasa bahwa kamus yang ada saat itu kurang memadai. Akan tetapi, perjuangan kelompok ini untuk merevisi kamus tidaklah mudah. Titik terang dari perjuangan mereka mulai muncul 20 tahun kemudian pada tahun 1879 ketika mereka berhasil membuat kesepakatan dengan Oxford University Press. Editor yang terpilih pada saat itu adalah James A. H. Murray. Proses penyusunan kamus ini ternyata
memerlukan waktu yang sangat lama. Oxford English Dictionary (OED) baru bisa diterbitkan pada tahun 1928. Kamus ini memiliki 15.478 halaman, 1.861.200 referensi, dengan total 414.800 lema.

Saat ini, ada empat kamus monolingual yang banyak digunakan oleh para pelajar bahasa Inggris di seluruh dunia. Keempat kamus ini—yang sering disebut the Big Four—adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Longman Dictionary of Contemporary English, Collins COBUILD English Dictionary, dan Cambridge International Dictionary of English. Keempat kamus ini disebut kamus pedagogikal karena berkaitan erat dengan pengajaran bahasa dan menggunakan korpus dari berbagai sumber. COBUILD, misalnya, disusun berdasarkan korpus yang disebut Bank of English dari Birmingham University. Penyusunan korpus tersebut dimulai pada tahun 1991 dan jumlahnya mencapai 450 juta kata pada tahun 2002.

Di Indonesia, perkembangan kamus dimulai pada tahun 1951 dengan diterbitkannya Kamus Indonesia yang ditulis oleh E. St. Harahap. Akan tetapi, dua kamus yang paling banyak digunakan hingga saat ini adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W. J. S. Poerwadarminta pada tahun 1952, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi pertama dari KBBI diterbitkan pada tahun 1988 dan berisi 62.100 butir masukan, termasuk ungkapan. Edisi keduanya diterbitkan pada tahun 1991 dan jumlah butir masukannya bertambah menjadi lebih kurang 72.000. Edisi yang terakhir, edisi ketiga, diterbitkan pada
tahun 2001.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa