Langsung ke konten utama

Viskositas Minyak Pelumas

Fluida memiliki gesekan internal yang besarnya tertentu dan selanjutnya disebut viskositas. Viskositas ada pada zat cair dan gas. Pada intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang berdekatan ketika lapisan-lapisan tersebut bergerak melintasi satu sama lain. Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan  oleh gaya kohesi antara molekul-molekul yang sejenis. Gaya kohesi tersebut berkurang dengan naiknya suhu. Karena kekuatan gaya-gaya tarik antara molekul pada cairan manurun dengan naiknya suhu maka viskositas pada umumnya juga menurun dengan meningkatnya suhu.

Dalam pengalaman sehari-hari kita dapat menjumpai pemanfaatan zat  cair untuk berbagai keperluan, misalnya oli, minyak tanah, air, dan lain-lain. Salah satu zat cair yang pemanfaatannya berhubungan dengan proses pemanasan adalah oli. Fungsi oli yang utama adalah untuk melumasi dan mengurangi gesekan antara komponen mesin. Semakin baik kualitas oli yang digunakan, semakin baik pula performa dan daya tahan mesin. Oli mempunyai kekentalan yang berbeda-beda, sehingga pemakainannya di sesuaikan dengan jenis mesin yang dilumasi.

Untuk mengetahui besarnya kekentalan dari suatu oli yang beredar di pasaran, maka pada setiap kemasan dari oli tercantum suatu kode yang berupa angka dan huruf yang menunjukkan kekentalan. Kode yang paling populer adalah SAE ( Society of Automotive Engineers ) dan API ( American Petrolium Institute). Standar SAE menunjukkan tingkat kekentalan oli yang dibedakan menjadi dua, yaitu single grade dan multi grade. Kekentalan oli single grade diukur pada temperatur kerja mesin saja, yaitu 0 sampai 100 0C. Contoh dari oli ini adalah oli dengan SAE 40, yang artinya ketika mesin bekerja kekentalan oli adalah 40. Sementara oli multi grade adalah oli dengan tingkat kekentalan yang dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang berbeda, misalnya oli SAE 20W – 50 artinya nilai kekentalan antara 20–50. Angka 20 menyatakan kekentalan mesin dingin dan 50 mesin panas.

API adalah lembaga penguji tingkat unjuk kerja pelumas. Dari berbagai uji kerja dan uji laboratorium selanjutnya API menentukan standar pelumas dengan klasifikasi tertentu. Klasifikasi pelumas mesin tertulis S (spark) sedangkan diesel tertulis C ( compression ). Huruf yang mengikutinya adalah tingkat kualitas, mulai A untuk terendah sampai tingkat tertinggi untuk diesel adalah I sedang untuk bensin adalah L. Misalnya oli dengan API Service SJ/CF artinya oli tersebut dapat digunakan untuk mesin bensin maupun diesel. Meskipun demikian oli tersebut lebih diperuntukkan untuk mesin bensin karena huruf S tertulis di depan huruf C. Huruf yang mengikuti keduanya menunjukkan level performance oli.

Secara teknis tak ada istilah sebuah pelumas lebih baik dari yang lain bila memiliki spesifikasi yang sama. Untuk kualitas suatu oli, yang perlu diperhatikan adalah rekomendasi dari buku manual kendaraaan. Jadi memakai merek apapun asal dengan spesifikasi yang sama, akan mempunyai tingkat perlindungan yang sama pula terhadap mesin. Dilihat dari bahan dasar pembuatnya oli dibedakan menjadi tiga, yaitu oli mineral, sintetik dan semi sintetik. Oli mineral dari bahan dasar minyak bumi mineral. Kelebihan oli mineral adalah lebih ramah lingkungan serta biaya produksi lebih murah, namun sifat perlindungannya relatif lebih terbatas. Oli semi sintetik berbahan dasar minyak mineral dengan sedikit penambahan sintesa hasil rekayasa kimia. Komposisi bisa cukup beragam, sekitar 80 : 20. Oli jenis ini sedikit lebih unggul di atas oli mineral. Oli sintetik mempunyai perlindungan yang mendekati sempurna, karena kandungan sintetiknya lebih banyak dan di tambah dengan aditif. Secara teknis para ahli lebih menganjurkan penggunaan oli sintetik, rata-rata usia pemakainan oli sintetik lebih panjang (sampai 20.000 km). Sedangkan rata-rata oli mineral hanya sampai 7500 km saja

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa