Langsung ke konten utama

Kaos Lampu Petromaks

Lampu Petromaks merupakan alat penerangan yang menggunakan sumber energi berbentuk gas dan kaos lampu petromaks sebagai sumber cahaya. Sumber cahaya ini semula digunakan di sepanjang jalan Eropa dan Amerika Utara pada abad – 19. Kaos lampu petromaks dipasang dengan cara memasukkan ke tempat perapian atau nyala api. Sumber cahaya ini sering disebut sebagai lentera Coleman yang dinyalakan dengan minyak tanah. 

Kaos Lampu Petromaks ditemukan oleh Auer von Welsbach pada tahun 1880. Dia adalah ahli Kimia yang mempelajari tentang unsur yang jarang ditemukan di bumi. Pada penelitiannya yang pertama dia menggunakan campuran 60 % magnesium oxide, 20 % lanthanum oxide dan 20 % yttrium oxide yang dia sebut sebagai Actinophor. 

Untuk mendapatkan kaos dengan bahan cotton dilakukan dengan cara memanaskan campuran hingga memadat. Kemudian dalam pengangkatannya harus hati – hati karena bahan cotton tersebut sangat rapuh yaitu berbentuk jala dari abu. Kaos lampu petromaks pada awalnya memberikan cahaya berwarna hijau pastel tapi semua itu tidak berhasil, dan usaha yang didirikan oleh Auer von Welsbach gagal pada tahun 1889. Penelitian selanjutnya menggunakan campuran baru berupa 99 % thorium oxide dan 1 % cerium oxide yang memberikan cahaya berwarna putih. Setelah diperkenalkan pada tahun 1892 maka dengan cepat menyebar di seluruh Eropa. 

Pemakaian lampu petromaks menjadi sangat penting sebelum lampu listrik diperkenalkan secara merata pada tahun 1900. Kaos lampu pada dasarnya berbentuk kaos kaki kecil yang terbuat dari sutra atau asbetos. Asbetos dapat bertahan lama pada temperatur yang sangat tinggi, tapi asbetos banyak mengandung racun. Kaos lampu yang berasal dari sutra sangat rapuh dan sesering mungkin harus diganti setelah pembakaran beberapa saat (http//en.wikipedia.org/wiki/Gas_mantle).

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa