Langsung ke konten utama

Kamus Bilingual dan Pemakainya

Kamus bilingual mempunyai banyak fungsi, hal itu terjadi dikarenakan kamus tersebut digunakan untuk berbagai pekerjaan oleh para kelompok pemakainya, seperti para pelajar, penerjemah, para ilmuwan dan beberapa orang yang berkepentingan. Oleh karena itu pembahasan mengenai fungsi-fungsi kamus bilingual harus dibatasi kepada mereka yang dianggap paling khusus yang mewakili semua jenis pemakainya. Pemakai khususnya adalah seseorag yang menguasai dua bahasa yang tidak mengetahui pengetahuan pada beberapa aspek dari dua bahasa tersebut pada pengetahuan bahasa pertamanya, (contoh: seorang penerjemah) dan seseorang yang membutuhkan pengetahuan untuk berkomunikasi dalam bahasa pertama dan bahasa kedua, atau seseorang yang benar-benar ingin menguasai dua bahasa (seorang pelajar), yaitu seseorang yang ingin dapat berkomunikasi dengan para penutur bahasa kedua. Pemakai khusus lainnya adalah seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk menjadi sesorang yang mampu menguasai dua bahasa tetapi orang tersebut harus atau ingin mencapai tingkat pemahaman dalam berkomunikasi (contoh: pedagang, ilmuwan, atau wisatawan)

Apabila kita menyamakan ketiga tipe para pemakai khusus kamus bilingual tersebut, dapat kita katakan bahwa kamus bilingual digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tentang salah satu atau dua bahasa tersebut, yang mana pengetahuan yang paling penting adalah pengetahuan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu kamus-kamus bilingual tersebut bukan merupakan kamus deskriptif dimana aspek komunikasi tidaklah penting, tetapi kamus-kamus tersebut adalah kamus pendidikan yang digunakan para pelajar.

Sebuah istilah yang lebih umum untuk kamus pendidikan adalah predictive (dapat diprediksi). Oleh karena itu kamus predictive akan menjadi tipe khusus dari kamus deskriptif, dimana fungsi yang paling pentingnya berorientasi pada komunikasi. Dengan kata lain perkamusan deskriptif difokuskan pada merekam dan memaparkan sebuah bahasa atau beberapa bahasa pada waktu tertentu (synchronic dictionaries), atau kamus yang mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu (diachronic dictionaries). Seperti pada kamus deskriptif, baik synchronic ataupun diachronic, kamus-kamus tersebut hanya meliputi sejarah dari bahasa yang bersangkutan, karena terbukti pada kemunculannya yang ditemukan di dalam korpus. Di sisi lain, kamus-kamus predictive disusun untuk membantu para pemakainya membuat serangkaian peristiwa dengan bentuk dan arti pada bahasa kedua dalam bentuk lampau.

Kamus-kamus bilingual utamanya digunakan untuk prediksi. Sama seperti kamus monolingual yang paling sering merupakan kamus besar bersejarah harus menjadi kamus deskriptif dibandingkan dengan kamus lainnya (contoh: OED), seperti kamus besar synchronic lainnya (contoh: Merriam Webster’s Third New International). Di samping itu, kamus-kamus yang lebih kecil lainnya berusaha untuk menggabungkan deskripsi dengan prediksi. Sebuah contoh yang bagus dapat dilihat pada COD (Concise Oxford Dictionary) pada edisi ketujuh ini penggunaan-penggunaan yang tidak dapat diperdebatkan dan ditandai oleh beberapa tanda khusus. Pada perkamusan monolingual dalam bahasa Inggris ada kamus monolingual jenis baru yang telah berkembang, di mana tujuan utamanya menitikberatkan pada prediksi, contoh: kamus monolingual bagi para pelajar; Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English.

Sebuah kamus predictive harus menyediakan berbagai macam fakta-fakta linguistik (deskripsi), hal ini dapat membuat para pemakainya untuk berbahasa sesuai dengan tatanan bahasa yang benar seperti para penutur aslinya (prediksi).

Sama seperti kamus-kamus bilingual, kamus-kamus tersebut seharusnya dapat membuat para pemakainya untuk berbahasa baik seperti seorang penutur asli dari bahasa tersebut (contoh: untuk produksi), atau seperti seorang bilingual yang kompeten (contoh: untuk terjemahan).

Setelah fungsi dari kamus telah dijelaskan, para pemakainya diberi pengertian tentang pentingnya perkamusan sebanyak representasi pengetahuan tentang kamus tersebut (contoh: deskripsi). Adapun para pemakainya yang harus menginterpretasikan sebuah kaidah dari penjabaran kamus. Seorang pemakai kamus yang berkemampuan tinggi dapat mengambil cukup banyak informasi bahkan dari kamus yang primitif dan tidak lengkap sekalipun.

Pentingnya para pengguna kamus dalam perkamusan terlambat diperhatikan, meskipun para ahli perkamusan telah memperhatikan sebuah fakta bahwa kamus dapat dikatakan sebagai kamus yang bagus ketika kamus tersebut bermanfaat bagi para pemakainya. Penyesuaian kamus-kamus untuk pemakainya telah menjadi suatu alat tambahan yang mudah digunakan. Untuk membuat sebuah kamus yang lebih mudah digunakan, perlu diketahui siapa pemakainya dan untuk apa kamus itu digunakan.

Kamus bilingual berbeda dengan kamus monolingual dengan menjadi kamus bilingual. Kamus bilingual dapat digunakan pada situasi yang sama seperti kamus monolingual, akan tetapi kamus monolingual tidak dapat digunakan dalam situasi yang sama dimana sebuah kamus harus menghubungkan dua bahasa atau lebih. Menurut sebuah survei dari beberapa uraian singkat isi buku, pendahuluan, dan alat publisitas menunjukkan bahwa ada tiga jenis tipe kamus bilingual yang paling sering digunakan yaitu kamus bilingual untuk para pelajar, penerjemah dan wisatawan. Demikian juga pada kamus-kamus bilingual Collins, contohnya pada Collins-Robert French-English English-French Dictionary, para calon pemakainya dideskripsikan sebagai berikut: “...untuk kepentingan kajian bahasa Perancis dan terjemahan” (pada sampul belakang). Pada Kosciuszko English-Poliosh Dictionary, para pemakainya adalah pembaca umum, penerjemah dan pelajar.

Ada beberapa pemakai kamus menurut analisa Kuhn dari level terbawah. Yang pertama adalah para pelajar yang membutuhkan kamus untuk mempelajari, memproduksi dan menterjemahkan teks. Para penerjemah menggunakan kamus bilingual untuk terjemahan umun dan khusus. Diamping itu, para wisatawan menggunakan kamus bilingual untuk berkomunikasi dengan berbagai cara. Kategori lainnya dari para pemakainya dapat menggunakan kamus bilingual sebagai sarana penerimaaan teks.

Lebih jauhnya, kita harus mengetahui jenis-jenis informasi yang sering ditanyakan oleh para pemakainya. Jenis informasi yang sering ditanyakan adalah informasi tentang makna atau arti, dijelaskan dalam kamus bilingual dengan memberikan makna yang sesuai. Jenis informasi yang juga sering dicari adalah tata bahasa. Hal ini sangat penting untuk para pemakai kamus ketika mencari kata-kata yang mereka cari keterangannya (bukan dari jenis informasinya), pemakai kamus lebih fokus pada kata-kata yang sesuai dengan tata bahasa yang mana kata-kata tersebut paling sering mereka lihat di kamus. Dengan kata lain, bukan tata bahasa yang seperti itu yang mereka cari tetapi lebih pada informasi tentang penguraian-penguraian dari beberapa jenis tata bahasa yang dibutuhkan oleh para pemakai kamus.

Penemuan-penemuan Tomaszczyk memberikan keterangan yang lebih jelas, bahwa banyak pelajar menggunakan kamus bilingual untuk tata bahasa yang diterima daripada tata bahasa yang produktif. Perbandingan para pemakai kamus yang menggunakan kamus bilingual untuk mencari tata bahasa adalah 70% dan 59%. Sama seperti pada beberapa bidang tertentu, terjemahan yang mudah dimengerti telah terlihat sebagai jenis yang paling penting. Jenis selanjutnya adalah untuk membaca. Hanya ada satu perbedaan antara pemakai dan pelajar dari sebuah bahasa asing yang sesuai dengan bidang mereka, perbedaan itu menurut Tomaszczyk adalah bahwa yang pertama diindikasikan merupakan terjemahan bahasa pertama-bahasa kedua sebagai jenis yang paling sering muncul daripada membaca, sementara kelompok membaca yang lain lebih sering muncul. 

Menulis, berbicara dan mendengarkan mengikuti kemudian, susunan ini ada pada kedua kelompok yang dibuat oleh Tomaszczyk. Lain halnya dengan Hartman yang membuat susunan dari yang paling sering muncul mulai dari menulis, mendengarkan dan percakapan. Masalah dengan penggunaan istilah terjemahan adalah bahwa terjemahan tersebut tidak didefinisikan, dan ada beberapa penulis yang menurut mereka terjemahan itu melibatkan semua penggunaan bahasa kedua.

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keuntungan dan kelamahan. Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan dari  pembelajaran kooperatif  tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain: Setiap anggota kelompok mendapat tugas Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakr

Prinsip utama pembelajaran menurut Teori Vygotsky

Menurut Slavin (dalam Murdiana, 2002: 21-22) Teori Vygotsky menekankan pada empat prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu:  (1) the sociocultural nature of learning, (2) zone of proximal development, (3) cognitive apprenticeship, dan (4) scaffolding. Prinsip pertama the sociocultural nature of learning menurut Vygotsky menekankan pada pentingnya peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu dalam belajar. Vygotsky menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Penggunaan prinsip sosiokultural dalam pembelajaran kooperatif terlihat pada tahap kegiatan kelompok(fase-3 dan pelaksanaannya dapat dilihat pada rencana pembelajaran. Pada tahap kegiatan kelompok akan terjadi interaksi sosiokultural antar anggota kelompok yang berbeda dalam kemampuan akademis, latar belakang sosial budaya, dan tingkat emosional Prinsip kedua zone of proximal development menurut Vygotsky adalah i

Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistis (PMR)

Prinsip utama PMR dijabarkan menjadi karakteristik-karakteristik PMR. Selanjutnya, dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah operasional. Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR sebagaimana yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirancang langkah-langkah (kegiatan) inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: Langkah 1: Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketa